Back

Nilai Tukar Rupiah Melemah ke 16.342, USD/IDR Naik Empat Hari Beruntun, Pasar Respon Kebijakan BI dan The Fed

  • Rupiah terdepresiasi mendekati 16.350 per USD, melanjutkan pelemahan empat hari berturut-turut usai BI tahan suku bunga di 5,50%.
  • Dolar AS menguat didorong keputusan The Fed yang mempertahankan suku bunga dan merevisi dot plot, mendorong DXY naik ke 99,07.
  • Tekanan global dan ketidakpastian geopolitik memperkuat posisi safe haven USD, sementara pelaku pasar mencermati arah kebijakan moneter selanjutnya.

Menjelang sesi Eropa pada Kamis, nilai tukar Rupiah Indonesia (IDR) melemah mendekati level 16.350 per Dolar AS (USD), dengan USD/IDR diperdagangkan di 16.342 saat berita ini ditulis. Penguatan pasangan mata uang ini berlanjut untuk hari keempat berturut-turut setelah Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuannya pada Rabu. Di sisi lain, Dolar AS menguat didukung keputusan The Fed yang juga menahan suku bunga dan revisi dot plot, mendorong Indeks Dolar AS (DXY) naik 0,23% ke sekitar 99,07. Sebelumnya pada Rabu, DXY sempat bergerak lebih rendah menjelang rilis risalah rapat The Fed, setelah mencatat kenaikan sekitar 0,7% sehari sebelumnya.

BI Tahan Suku Bunga di 5,50%, Ada Potensi Pemangkasan 50 bp di Tahun 2025

Bank Indonesia (BI), menahan suku bunga acuan bulan Juni di 5,50% pada Rabu setelah memangkas sebesar 25 basis poin pada bulan Mei. Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan ruang pemangkasan suku bunga masih terbuka karena inflasi tetap terkendali. Meski proyeksi pertumbuhan 2025 tetap di kisaran 4,6-5,4%, BI mewaspadai tekanan dari lemahnya permintaan domestik dan ketidakpastian global. Ekonom memprakirakan potensi pemangkasan suku bunga 50 bp di semester 2 2025, bergantung pada stabilitas Rupiah.

"Meskipun prospek inflasi relatif terkendali, para pengambil kebijakan kemungkinan memandang ketegangan terbaru di Timur Tengah dan dampaknya terhadap mata uang regional dengan penuh kewaspadaan," kata ekonom DBS Radhika Rao seperti yang dikutip dari Reuters.

Realisasi APBN Melemah hingga Mei, Pemerintah Andalkan Stimulus dan Akselerasi Belanja di Tengah Tekanan Global

Kementerian Keuangan melaporkan realisasi APBN hingga Mei 2025 masih tertekan, dengan pendapatan negara turun 11,4% YoY dan baru mencapai 33% dari target, lebih rendah dari 40% pada periode yang sama tahun lalu. Penurunan utamanya berasal dari penerimaan pajak yang melemah 10,1% YoY. "Pelemahan bersumber dari meningkatnya restitusi pajak, sementara penerimaan bruto relatif stabil," jelas Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu.

Di sisi lain, belanja negara juga turun 11% dan baru terserap 28%, seiring kebijakan efisiensi pemerintah. Namun, belanja mulai meningkat pada Mei didorong realokasi anggaran dan rencana stimulus Rp24 triliun untuk Juni-Juli. Defisit APBN tercatat Rp21 triliun atau 0,09% dari PDB, jauh di bawah target tahunan 2,53%.

Lambatnya belanja di awal tahun sempat menahan pertumbuhan ekonomi kuartal I, namun percepatannya diprakirakan akan menopang pemulihan pada paruh kedua, di tengah ketidakpastian global akibat kebijakan dagang AS dan memanasnya situasi geopolitik.

Klaim Pengangguran AS Turun, The Fed Tahan Suku Bunga dan Revisi Proyeksi Ekonomi 2025

Klaim baru tunjangan pengangguran di AS turun ke 245 ribu pada pekan yang berakhir 14 Juni, sesuai ekspektasi dan lebih rendah dari revisi pekan sebelumnya sebesar 250 ribu. Tingkat pengangguran yang diasuransikan stabil di 1,3%, sementara klaim lanjutan turun 6 ribu menjadi 1,941 juta. Rata-rata klaim empat mingguan naik tipis menjadi 245.500.

Federal Reserve mempertahankan suku bunga acuan di 4,25%-4,5% pada pertemuan Juni, sesuai ekspektasi pasar. The Fed menilai pasar tenaga kerja tetap kuat dan pertumbuhan ekonomi solid, meski inflasi masih tinggi. Proyeksi terbaru menunjukkan pemangkasan suku bunga 50 bp pada 2025 tetap dipertahankan, namun prospek 2026 dan 2027 dipangkas menjadi 25 bp. Sebanyak 7 dari 19 pejabat memprakirakan tidak ada pemangkasan tahun depan. Proyeksi makroekonomi turut direvisi: pertumbuhan PDB 2025 turun ke 1,4%, inflasi PCE naik ke 3,0%, dan pengangguran diprakirakan meningkat ke 4,5%.

Suku Bunga AS FAQs

Suku bunga dibebankan oleh lembaga keuangan atas pinjaman kepada peminjam dan dibayarkan sebagai bunga kepada penabung dan deposan. Suku bunga dipengaruhi oleh suku bunga pinjaman dasar, yang ditetapkan oleh bank sentral sebagai respons terhadap perubahan ekonomi. Bank sentral biasanya memiliki mandat untuk memastikan stabilitas harga, yang dalam banyak kasus berarti menargetkan tingkat inflasi inti sekitar 2%. Jika inflasi turun di bawah target, bank sentral dapat memangkas suku bunga pinjaman dasar, dengan tujuan untuk merangsang pinjaman dan meningkatkan ekonomi. Jika inflasi naik jauh di atas 2%, biasanya bank sentral akan menaikkan suku bunga pinjaman dasar dalam upaya untuk menurunkan inflasi.

Suku bunga yang lebih tinggi umumnya membantu memperkuat mata uang suatu negara karena menjadikannya tempat yang lebih menarik bagi para investor global untuk menyimpan uang mereka

Suku bunga yang lebih tinggi secara keseluruhan membebani harga Emas karena suku bunga tersebut meningkatkan biaya peluang untuk menyimpan Emas daripada berinvestasi pada aset berbunga atau menyimpan uang tunai di bank. Jika suku bunga tinggi, biasanya harga Dolar AS (USD) akan naik, dan karena Emas dihargai dalam Dolar, hal ini berdampak pada penurunan harga Emas.

Suku bunga dana The Fed adalah suku bunga yang berlaku pada saat bank-bank AS saling meminjamkan uang. Suku bunga ini adalah suku bunga acuan yang sering dikutip yang ditetapkan oleh Federal Reserve pada pertemuan FOMC. Suku bunga ini ditetapkan dalam kisaran tertentu, misalnya 4,75%-5,00%, meskipun batas atas (dalam hal ini 5,00%) adalah angka yang dikutip. Ekspektasi pasar terhadap suku bunga dana The Fed di masa mendatang dilacak oleh alat CME FedWatch, yang membentuk perilaku banyak pasar keuangan dalam mengantisipasi keputusan kebijakan moneter Federal Reserve di masa mendatang.

Impor (Bln/Bln) Swiss Mei Naik ke 19469M dari Sebelumnya 19089M

Impor (Bln/Bln) Swiss Mei Naik ke 19469M dari Sebelumnya 19089M
Mehr darüber lesen Previous

GBP/JPY Melanjutkan Penurunan di Bawah 194,50 Menjelang Keputusan Suku Bunga BoE

Pasangan mata uang GBP/JPY melanjutkan penurunannya ke dekat 194,45 selama awal perdagangan sesi Eropa pada hari Kamis. Pound Sterling (GBP) melemah terhadap Yen Jepang (JPY) akibat ancaman konflik yang lebih luas di Timur Tengah dan kemungkinan keterlibatan AS.
Mehr darüber lesen Next