USD/INR tetap Menguat di Atas 86,50 karena Permintaan Dolar AS yang Meningkat Kembali
- USD/INR diperdagangkan lebih kuat mendekati 86,70 pada sesi Asia hari Jumat.
- Trump dan Modi bertujuan untuk mengurangi defisit perdagangan AS dengan India di tengah kekhawatiran tarif global.
- Intervensi RBI mungkin membantu membatasi kerugian INR.
Pasangan mata uang USD/INR diperdagangkan di wilayah positif di sekitar 86,70 selama jam perdagangan sesi Asia pada hari Jumat. Permintaan Dolar AS (USD) yang baru dari para importir mendukung pasangan mata uang ini. Para investor menunggu data inflasi Indeks Harga Grosir (WPI) India dan Penjualan Ritel AS untuk bulan Januari yang akan dirilis pada hari Jumat untuk mendapatkan dorongan baru.
Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Kamis bahwa Perdana Menteri India Narendra Modi menawarkan untuk membicarakan pelonggaran tarif dan mengimpor lebih banyak minyak dan gas AS untuk mengurangi defisit perdagangan antara kedua negara. Para pelaku pasar akan memantau dengan cermat perkembangan seputar kebijakan tarif antara AS dan India. Setiap tanda meningkatnya ketegangan perdagangan dapat mendukung Greenback, mata uang safe-haven.
Investor institusional asing (FII) terus memegang sekitar $800 miliar ekuitas India, tetapi penjualan mereka yang terus berlanjut tetap menjadi risiko bagi pasar saham India. Hal ini, pada gilirannya, dapat menyeret mata uang lokal lebih rendah dan bertindak sebagai pendorong bagi USD/INR.
Di sisi lain, kenaikan pasangan mata uang ini mungkin terbatas di tengah intervensi oleh Reserve Bank of India (RBI). Sejak hari Senin, ketika INR mencapai rekor terendah 88 terhadap Greenback, bank sentral India telah mengintensifkan intervensinya dengan menjual USD di pasar spot dan forward.
Rupee India FAQs
Rupee India (INR) adalah salah satu mata uang yang paling sensitif terhadap faktor eksternal. Harga Minyak Mentah (negara ini sangat bergantung pada Minyak impor), nilai Dolar AS – sebagian besar perdagangan dilakukan dalam USD – dan tingkat investasi asing, semuanya berpengaruh. Intervensi langsung oleh Bank Sentral India (RBI) di pasar valas untuk menjaga nilai tukar tetap stabil, serta tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh RBI, merupakan faktor-faktor lain yang memengaruhi Rupee.
Bank Sentral India (Reserve Bank of India/RBI) secara aktif melakukan intervensi di pasar valas untuk menjaga nilai tukar tetap stabil, guna membantu memperlancar perdagangan. Selain itu, RBI berupaya menjaga tingkat inflasi pada target 4% dengan menyesuaikan suku bunga. Suku bunga yang lebih tinggi biasanya memperkuat Rupee. Hal ini disebabkan oleh peran 'carry trade' di mana para investor meminjam di negara-negara dengan suku bunga yang lebih rendah untuk menempatkan uang mereka di negara-negara yang menawarkan suku bunga yang relatif lebih tinggi dan memperoleh keuntungan dari selisihnya.
Faktor-faktor ekonomi makro yang memengaruhi nilai Rupee meliputi inflasi, suku bunga, tingkat pertumbuhan ekonomi (PDB), neraca perdagangan, dan arus masuk dari investasi asing. Tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dapat menyebabkan lebih banyak investasi luar negeri, yang mendorong permintaan Rupee. Neraca perdagangan yang kurang negatif pada akhirnya akan mengarah pada Rupee yang lebih kuat. Suku bunga yang lebih tinggi, terutama suku bunga riil (suku bunga dikurangi inflasi) juga positif bagi Rupee. Lingkungan yang berisiko dapat menyebabkan arus masuk yang lebih besar dari Investasi Langsung dan Tidak Langsung Asing (Foreign Direct and Indirect Investment/FDI dan FII), yang juga menguntungkan Rupee.
Inflasi yang lebih tinggi, khususnya, jika relatif lebih tinggi daripada mata uang India lainnya, umumnya berdampak negatif bagi mata uang tersebut karena mencerminkan devaluasi melalui kelebihan pasokan. Inflasi juga meningkatkan biaya ekspor, yang menyebabkan lebih banyak Rupee dijual untuk membeli impor asing, yang berdampak negatif terhadap Rupee. Pada saat yang sama, inflasi yang lebih tinggi biasanya menyebabkan Bank Sentral India (Reserve Bank of India/RBI) menaikkan suku bunga dan ini dapat berdampak positif bagi Rupee, karena meningkatnya permintaan dari para investor internasional. Efek sebaliknya berlaku pada inflasi yang lebih rendah.